Profil Penggunaan Antibiotik pada Pasien Ispa di Beberapa Puskesmas Kota Samarinda
DOI:
https://doi.org/10.30872/mpc.v4i.269Keywords:
Antibiotik, ISPA, amoksisilinAbstract
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran pernapasan atas atau bawah yang berlangsung hingga 14 hari dan biasanya menular. Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan penyakit dengan prevalensi yang tinggi. Sebagian besar ISPA yang terjadi disebabkan oleh virus dan tidak memerlukan antibiotik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik serta pola penggunaan antibiotik pada pasien ISPA. Penelitian ini di lakukan secara retrospektif dengan mengambil data dari rekam medik pasien penderita ISPA sebanyak 221 pasien. Karakteristik pasien berdasarkan jenis kelamin diperoleh persentasi pasien laki-laki dan perempuan berturut-turut (45,25%) dan (54,75%). Pasien penderita ISPA paling banyak terjadi di usia 36-45 tahun (29,41%), 18-25 tahun (28,96%), 26-35 tahun (25,34%) dan 46-55 tahun (19,29%). Hasil diagnosa dokter meliputi influenza oleh virus (4,22%), influenza (virus tidak teridentifikasi) (18,99%), faringitis akut (45,15%), tonsillitis akut (24,48%), nesofaringitis akut (4,22%), bronkitis akut (0,42%), laringitis akut (0,42%), ISPA tidak dispesifikasi (1,26%) dan sinusitis akut (0,84%). Antibiotik yang digunakan adalah amoksisilin 500 mg (83,71%), amoksisilin 250 mg (0,45%), kotrimoksazol 480 mg (8,15%), kloramfenikol 250 mg (0,45%), siprofloksasin 500 mg (4,07%), sefadroksil 500 mg (2,72%) dan eritromisin 250 mg (0,90%). Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa penderita ISPA lebih banyak terjadi pada perempuan dan antibiotik yang banyak digunakan sebagai terapi ISPA adalah amoksisilin 500 mg.
References
Depkes RI. 2001, Direktorat Bina Farmasi Komunitas Klinik Ditjen Bina Farmasi dan Alkes, Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan, 1 – 4.
Pani Sarini, Barliana MI, Halimah Eli, Pradipta IS, Annisa Nurul, 2015. Monitoring Penggunaan Antibiotik dengan Metode ATC/DDD dan DU 90%: Studi Observasional di Seluruh Puskesmas Kabupaten Gorontalo Utara.Indonesian Journal Clinic Pharmacy.4. (4). 275-280
Neal dan Michael. J. 2006. Medical Pharmacology At Glance Edisi 5. Penerbit Erlangga: Jakarta.
Stringer dan Janet . L. 2006. Basic Concepts in Pharmacology: a Student’s Survival Guide. Edisi 3. Buku Kedokteran EGC: Jakarta. Hal. 186 – 199
Pradipta IS, Febrina E, Ridwan MH, Ratnawati R, 2012. Identifikasi pola penggunaan antibiotik sebagai upaya pengendalian resistensi antibiotik.Indonesian Journal Clinic Pharmacy 1.(1):16–24.
WHO. 2016. International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problems 10th Revision. www.who.int
Resse R. E., Betts. R., dan Gumustop. B. 2000. Handbook of Antibiotics3rd Ed. Lippincott Williams & Wilkins: Philadelphia
Kermenkes, 2011. Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik. Peraturan Menteri Kesehatan RI NOMOR 2406/MENKES/PER/XII/2011. Kemenkes RI. 2011. Modul penggunaan Obat Rasional. Jakarta
Published
Issue
Section
License

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.